Sebuah klub sepak bola Italia yang berbasis di Milan, Lombardy,
yang bermain di Serie A. Seragam bergaris merah-hitam dan celana putih
(kadang-kadang hitam), sehingga dijuluki Rossoneri ("merah-hitam"). Klub ini
didirikan pada tahun 1899 dengan nama Klub Kriket dan Sepak bola Milan (Milan
Cricket and Football Club) oleh Alfred
Edwards dan Herbert Kilpin (ekspatriat Inggris). Sebagai
penghormatan terhadap asal-usulnya, Milan tetap menggunakan ejaan bahasa
Inggris nama kotanya (Milan) daripada menggunakan ejaan bahasa Italia Milano.
Kita akan menjadi sebuah tim iblis. Warna kita adalah merah menandakan api dan warna hitam menandakan rasa takut yang akan menyerang lawan!
—Herbert Kilpin
Menuju Top Eropa
Pada dekade 50-an, Milan ditakuti di bidang sepak bola dunia
karena mempunyai Trio GreNoLi,
yang terdiri atas Gunnar Gren (striker), Gunnar Nordahl (striker) dan Nils Liedholm (playmaker). Ketiganya merupakan
pemain asal Swedia. Tim pada masa ini juga dihuni oleh sekelompok pemain-pemain
berkualitas pada masanya, seperti Lorenzo Buffon, Cesare Maldini, dan Carlo
Annovazzi.
Milan kembali memenangi musim 1961-62. Pelatihnya saat itu adalah Nereo Rocco, yang dikenal
sebagai penemu taktik catenaccio (pertahanan gerendel/berlapis). Di
dalam tim termasuk Gianni
Rivera dan José Altafini. Musim berikutnya,
dengan gol Altafini, Milan memenangkan Piala Eropa pertama mereka (kemudian
dikenal sebagai Liga Champions UEFA) dengan mengalahkan Benfica 2-1. Ini juga
merupakan pertama kalinya sebuah tim Italia memenangkan Piala Eropa!.
Selama tahun 1960-an piala kemenangan Milan mulai menyusut ,
terutama karena perlawanan berat dari Inter yang dilatih Helenio Herrera.
Scudetto berikutnya tiba hanya di 1967-68, berkat gol Pierino Prati, topskor Serie A
di musim itu, Piala Winners berhasil direbut ketika mengalahkan Hamburger SV,
dan juga berkat dua gol dari Kurt
Hamrin. Musim selanjutnya AC Milan memenangkan Piala Eropa kedua (4–1 vs
AFC Ajax), dan pada 1969 memenangkan Piala Interkontinental pertama, setelah
mengalahkan Estudiantes de La Plata (Argentina) dalam dua leg dramatis (3–0,
1–2)!.
La Stella d'Oro
Tahun 1970, Milan merebut tiga gelar Coppa Italia dan gelar Piala
Winners kedua; namun, tujuan utama Milan adalah scudetto kesepuluh !, yang
berarti mendapatkan "bintang" untuk tim (di Italia,setiap tim yang meraih
10 gelar liga mendapat bintang yang disemat di bajunya). Di 1972 mereka meraih
semifinal Piala UEFA, kalah dari pemenang sesungguhnya, Tottenham Hotspur.
Musim 1972-73 mereka hampir memenangkan scudetto kesepulh, namun gagal karena
hasil kalah menyakitkan dari Hellas Verona di pertandingan terakhir musim. AC
Milan menunggu sampai musim 1978-79 untuk meraih scudetto kesepuluh mereka,
yang dipimpin oleh Gianni
Rivera, yang pensiun dari dunia sepak bola setelah membawa timnya meraih
kemenangan tersebut.
Tahun Tersulit
Hasil terburuk datang kepada Rossoneri setelah memenangkan musim
1879-80, Milan didegradasi ke Serie B oleh F.I.G.C, bersama S.S. Lazio, karena
terlibat skandal perjudian Totonero
1980. Di 1980-81, Milan dengan mudah menjuarai Serie B, dan kembali ke
Serie A, di mana penyakit tersebut terulang di musim 1981-82, Milan
terdegradasi lagi.
Bangkit Kembali
Setelah serentetan masalah menerpa Milan, dan membuat klub
kehilangan suksesnya, AC Milan dibeli oleh enterpreneur Italia, Silvio Berlusconi.
Berlusconi adalah sinar harapan Milan kala itu. Dia datang pada 1986.
Berlusconi memboyong pelatih baru untuk Milan, Arrigo Sacchi, serta tiga orang
pemain Belanda, Marco van
Basten, Frank Rijkaard,
dan Ruud Gullit, untuk
mengembalikan tim pada kejayaan. Ia juga membeli pemain lainnya, seperti Roberto Donadoni, Carlo Ancelotti, dan Giovanni Galli.
Sacchi memenangkan Serie A musim 1987-88. di 1988-89, Milan
memenangkan gelar Liga Champions ketiganya (4-0 vs Steaua Bucureşti), dan gelar
Piala Interkontinental kedua mengalahkan National de Medellin (1-0, gol
tercipta di babak perpanjangan waktu). Tim mulai mengulangi kejayaan mereka di
musim-musim berikutnya, mengalahkan S.L. Benfica, dan Olimpia Asunción di 1990.
Dream Team ke Indonesia
Saat Sacchi meninggalkan Milan untuk melatih Italia, Fabio Capello
dijadikan pelatih Milan selanjutnya, dan Milan meraih masa keemasannya sebagai Gli Invicibli (The Invicibles) dan Dream Team. Dengan 58
pertandingan tanpa satu pun kekalahan Invicibli membuat tim impian di semua
sektor seperti Baresi, Costacurta, dan Maldini memimpin pertahanan terbaik, Marcel Desailly, Donadoni, dan Ancelotti di gelandang, dan Dejan Savićević, Zvonimir Boban, dan Daniele Massaro bermain di sektor depan.
Pada saat dilatih Capello ini, Milan pernah singgah ke Indonesia
dalam rangka tur musiman dan melawan klub lokal Persib Bandung. Pertandingan
yang dimulai di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada tanggal 4 Juni 1994 itu
dimenangkan Milan dengan skor telak 8-0. Gol kemenangan Milan dicetak oleh Dejan Savićević ('17)('18), Gianluigi Lentini ('26), Paolo Baldieri ('27)('48)('58), Christian Antigori ('68), dan Stefano Desideri ('78).
Capello Pergi, Capello Datang
Setelah kepergian Fabio Capello pada tahun 1996, Milan merekrut Oscar Washington Tabarez tetapi perjuangan keras di bawah
kendalinya kurang berhasil dan mereka selalu kalah dalam beberapa pertandingan
awal. Dalam upaya untuk mendapatkan kembali kejayaan masa lalu, mereka
memanggil kembali Arrigo Sacchi untuk menggantikan Tabarez. Milan mendapatkan
tamparan keras kekalahan terburuk mereka di Serie A, dipermalukan oleh Juventus
di rumah mereka sendiri San Siro dengan skor 1-4. Milan membeli sejumlah pemain
baru seperti Ibrahim Ba, Christophe Dugarry dan Edgar
Davids. Milan berjuang keras dan mengakhiri musim 1996-97 di peringkat
kesebelas di Serie A.
Sacchi digantikan dengan Capello di musim berikutnya. Capello yang
menandatangani kontrak baru dengan Milan merekrut banyak pemain potensial
seperti Christian Ziege, Patrick Kluivert, Jesper Blomqvist, dan Leonardo; tetapi hasilnya sama
buruk dengan musim sebelumnya. Musim 1997-98 mereka berakhir di peringkat
kesepuluh. Hasil ini tetap tidak bisa diterima para petinggi Milan, dan seperti
Sacchi, Capello dipecat.
Era Zaccheroni, Cesare Maldini hingga Terim
Zaccheroni adalah manajer Udinese yang telah
mengakhiri musim 1997-98 pada peringkat yang tinggi di tempat ke-3. Milan
mengontrak Zaccheroni bersama dengan dua orang pemain dari Udinese, Oliver Bierhoff dan Thomas
Helveg. Milan juga menandatangani Roberto
Ayala, Luigi Sala dan Andres
Guglielminpietro dan dengan
formasi kesukaan Zaccheroni 3-4-3, Zaccheroni membawa klub memenangkan scudetto
ke-16 kembali ke Milan. Starting XI adalah: Christian
Abbiatiy; Luigi Sala, Alessandro Costacurta, Paolo Maldini; Thomas Helveg, Demetrio Albertini, Massimo Ambrosini, Andres Guglielminpietro; Zvonimir Boban, George Weah, Oliver Bierhoff.
Pada musim berikutnya, meskipun munculnya striker Ukraina Andriy
Shevchenko, Milan mengecewakan fans mereka baik dalam Liga Champions UEFA
1999-2000 ataupun Serie A. Milan keluar dari Liga Champions lebih awal, hanya
memenangkan satu dari enam pertandingan (tiga seri dan dua kalah) dan
mengakhiri musim 1999-2000 di tempat ke-3. Milan pun kalah dari dua pesaing Scudetto
kala itu, S.S. Lazio dan Juventus.
Milan memulai Liga Champions 2000-01 dengan semangat tinggi
setelah mengalahkan Dinamo Zagreb agregat 9-1, mengalahkan Beşiktaş dari Turki
dan raksasa Spanyol Barcelona, yang pada waktu itu terdiri dari superstar internasional
kelas dunia. Tapi performa Milan mulai menurun secara serius, seri melawan
sejumlah tim (yang dipandang sebagai kecil/lemah secara teknis untuk Milan),
terutama kalah 2-1 oleh Juventus di Serie A dan 1-0 untuk Leeds United. Dalam
Liga Champions putaran kedua, Milan hanya menang sekali dan seri empat kali.
Mereka gagal untuk mengalahkan Deportivo de La Coruña dari Spanyol di
pertandingan terakhir dan Zaccheroni dipecat. Cesare Maldini, ayah dari kapten
tim Paolo, diangkat dan keadaan menjadi lebih baik. Debut kepelatihan resmi
Cesare di Milan dimulai dengan menang 6-0 atas A.S. Bari. Milan juga
mengalahkan saingan berat sekota Internazionale dengan skor luar biasa 6-0,
skor yang tidak pernah ter ulang dan Serginho membintangi pertandingan. Namun,
setelah bentuk puncak ini, Milan mulai kehilangan lagi termasuk kekalahan 1-0
yang mengecewakan untuk Vicenza Calcio. Tim berakhir di tempat keenam.
Milan memulai musim 2000-01 dengan lebih banyak penandatanganan
kontrak pemain bintang termasuk Javi
Moreno dan Cosmin Contra. Mereka juga
menandatangani Kakha Kaladze (Dynamo Kyiv), Rui Costa (AC Fiorentina), Filippo Inzaghi (Juventus), Martin Laursen (Hellas Verona), Jon Dahl Tomasson (Feyenoord), Ümit Davala (Galatasaray) dan Andrea Pirlo (Inter Milan). Fatih Terim diangkat sebagai manajer, menggantikan
Cesare Maldini, dan cukup sukses. Namun, setelah lima bulan di klub, Milan
tidak berada di lima besar liga dan Terim dipecat karena gagal memenuhi harapan
direksi.
Era Ancelotti
Terim digantikan oleh Carlo Ancelotti dan berhasil dan mengakhiri
musim 2001-02 dalam peringkat empat, tempat terakhir untuk di Liga Champions.
Starting XI pada saat itu tidak banyak berubah seperti Cristian Abiatti; Cosmin
Contra, Alessandro Costacurta, Martin Laursen, Kakha Kaladze, Gennaro Gattuso,
Demetrio Albertini, Serginho; Manuel Rui Costa; Andriy Shevchenko, Filippo
Inzaghi. Ancelotti membawa Milan meraih gelar juara Liga Champions pada musim
2002-03 ketika mengalahkan Juventus lewat drama adu penalti di Manchester,
Inggris. Milan terakhir kali meraih gelar prestisus dengan merebut juara Liga
Italia pada musim kompetisi 2003-04 sekaligus menempatkan penyerang Andriy
Shevchenko sebagai Capocannoniere.
Pada musim 2004-05 Milan mengakhirinya tanpa gelar sama sekali.
Setelah kandas di babak perempat final Coppa Italia oleh Udinese Calcio dan
kalah bersaing dengan Juventus di pentas Serie A, Milan harus pulang dari
Istanbul dengan tangan hampa setelah takluk dari Liverpool secara dramatis di
Final Liga Champions UEFA 2005. Pada laga tersebut Milan berhasil unggul 3-0 di
babak pertama lewat gol cepat Paolo Maldini pada detik ke-52 dan sepasang gol
Hernan Crespo pada menit ke-38 dan 42. Namun kelengahan, kecerobohan dan seolah
tak belajar dari pengalaman mereka kala dikalahkan oleh Deportivo La Coruna
pada babak perempat final Liga Champions edisi sebelumnya (kala itu Milan
berhasil menang 4-1 di leg 1 namun kalah 0-4 di leg kedua) membuyarkan harapan
mereka untuk merengkuh gelar ke-7 mereka di pentas tertinggi ranah Eropa
tersebut. Liverpool berhasil menyamakan kedudukan pada babak kedua yang
masing-masing dicetak oleh sang kapten Steven Gerrard, Vladimír Šmicer, dan
Xabi Alonso dalam kurun waktu hanya 6 menit (52', 54', dan 60') memaksa laga
harus diselesaikan hingga adu penalti. Andriy Shevchenko yang menjadi pahlawan
Milan memenangi gelar ke-6 di Old Trafford dua musim sebelumnya kini menjadi
pecundang, setelah sebelumnya gagal mengkonversi peluang emas menjadi gol pada
babak tambahan ia pun gagal mengeksekusi penalti kala tendangannya berhasil
diblok oleh Jerzy Dudek dan memastikan trofi jatuh ke tangan klub asal Inggris
tersebut.
Musim kompetisi Liga Italia Serie A 2006-07, Milan terkait Calciopoli yang mengakibatkan klub tersebut harus
memulai kompetisi dengan pengurangan 8 poin. Meskipun begitu, publik Italia
tetap berbangga karena di tengah rusaknya citra sepak bola Italia akibat
calciopoli, Milan berhasil menjuarai kompetisi sepak bola yang paling bergengsi
di dunia, Liga Champions. Hasil itu didapat setelah Milan menaklukkan Liverpool
2-1 lewat dua gol Filippo Inzaghi. Gelar inipun menuntaskan dendam Milan yang
kalah adu penalti dengan Liverpool dua tahun silam. Gelar pencetak gol
terbanyakpun disabet pemain jenius Milan, Kaká dengan torehan 10 gol. Pada
pertengahan musim, Milan mendatangkan mantan pemain terbaik dunia, Ronaldo dari
Real Madrid untuk memperkuat armada penyerang mereka setelah penyerang muda
Marco Borriello dihukum karena terbukti doping.
Musim 2007-08, Milan terpaksa bermain di kompetisi Piala UEFA
setelah hanya berhasil menduduki peringkat ke-5. Milan membeli sejumlah pemain
baru, di antaranya Mathieu
Flamini (Arsenal), serta Gianluca Zambrotta dan Ronaldinho yang keduanya berasal dari Barcelona.
Kemudian pada transfer paruh musim 2008-09, Milan meminjam David Beckham(LA Galaxy).
Era Leonardo
Pada akhir musim 2008-09, Milan menempati peringkat ke-3 klasemen
liga Serie A. Untuk memperbaiki hasil yang kurang memuaskan ini, Milan
mendatangkan pelatih muda yang sekaligus mantan pemain Milan era 90-an,
Leonardo untuk menggantikan pelatih Milan sebelumnya, Ancelotti yang hijrah ke
Chelsea.
Musim 2009-10 diawali Milan dengan hasil yang tidak memuaskan.
Terperosok di ajang World
Football Challange 2009. , kalah 1–4 oleh Bayern München di ajang Audi Cup dan kalah melawan Internazionale 0-4
di San Siro sekaligus memecahkan rekor kemenangan terbesar Inter di San Siro.
Pertengahan Oktober 2009, penampilan Milan mulai membaik dimulai
dengan mengalahkan AS Roma 2-1, mengalahkan Real Madrid 2-3, mengalahkan Chievo
Verona 1-2, mengalahkan Parma 2-0 sekaligus mengantarkan Milan ke peringkat 4
klasemen . Pada 19 November 2009, kekalahan 0-2 Juventus dari Cagliari membuat
Milan berada di posisi runner-up di bawah Internazionale karena Milan
memenangkan pertandingannya dengan Catania 2-0!!.
Harapan gelar pupus karena setelahnya Milan kalah berturut-turut
oleh Sampdoria dan Palermo dan pada pertandingan di giornata terakhir Serie A
2009-10 antara Milan melawan Juventus, Leonardo memimpin Milan mengalahkan
Juventus 3-0 di San Siro, sekaligus memberi kontribusi terakhirnya bagi
rossoneri untuk berhenti melatih Milan untuk musim depan.
Era Allegri
Musim 2010-11, Milan dipimpin oleh Massimiliano Allegri, dengan
sponsor baru (bwin.com digantikan Emirates). Di akhir bursa transfer, secara
mengejutkan Milan memboyong Zlatan Ibrahimovic (F.C. Barcelona), dan Robinho
(Manchester City). Awal musim, Milan dikejutkan dengan kekalahan 0-2 dari tim
promosi A.C. Cesena. Pada pertandingan derby tanggal 14 November 2010, Milan
mengalahkan Internazionale di Giuseppe Meazza dengan gol tunggal penalti
Ibrahimovic. Pada transfer paruh musim, Milan memboyong Antonio Cassano (U.C.
Sampdoria), Mark van Bommel (Bayern München), dan Nicola Legrottaglie
(Juventus)
Dua April, derby putaran kedua Milan dan Inter berakhir dengan
kemenangan Milan 3-0, (Pato -2- dan Cassano -1-). Setelah meraih hasil imbang
0-0 dengan A.S. Roma poin Milan menjadi 78 poin, tak terkejar peringkat 2 Inter
dan membuat Milan meraih scudetto yang ke-18. Pada 6 Agustus 2011, Milan
mengalahkan Inter 2-1 pada Piala Super Italia. Namun pada musim Serie A
2013–14, Milan finis di posisi kesebelas dan tugas pelatih Massimiliano Allegri
diserahkan kepada asisten pelatih Mauro Tassotti.
Milanisti
Secara sejarah, AC Milan didukung oleh kaum pekerja dan kelas
buruh di Milan yang umumnya merupakan para pendatang dari daerah Italia selatan
(atas dasar itulah julukan "Casciavit" / obeng diberikan untuk
Milan), sementara Inter lebih didukung orang-orang kaya. Meskipun begitu, pada
beberapa tahun terakhir, basis pendukung telah banyak berubah. Milan kini
dimiliki oleh raja media dan Perdana Menteri Italia, Silvio Berlusconi,
sementara Inter dimiliki oleh raja media dari Indonesia, Erick Thohir.